Suber :islamedia
Malam
memang gelap, kelam dan menakutkan. Tapi fajar juga akan selalu datang membawa
cahaya terang mengusir kegelapan. Orang bijak pernah berkata kepada saya “jika
ingin menemui fajar, maka bersiaplah menghadapi malam”.
Kisah ini tertutur dari sahabat saya di
kantor. Awalnya saya mengeluhkan tingkah adik bungsu saya yang sulit diatur.
Lantaran sibungsu adik saya ini ikut komunitas underground juga komunitas anak
punk. Aturan hidup adalah musuh abadi bagi komunitas ini. Ternyata teman
sebelah meja saya di kantor itu pernah hidup di komunitas yang sama. “hati-hati
akh dengan komunitas itu, kalo sudah masuk komunitas itu segala kemaksiatan
menjadi halal dilakukan” saya tidak terlalu terkejut mendengar nasihat itu,
karena saya juga mengetahui sedikit banyak tentang aktivitas komunitas ini.
“kok antum tau akh?” saya balik tanya ke teman saya
itu. “ane dulu pernah akh kecemplung di komunitas itu, jujur akh, ane dulu
parah banget, segala kemaksiatan sudah ane lakukan saat itu.”
Saya jadi tertarik untuk menulis
kisahnya agar menjadi nasihat dan inspirasi banyak orang. Ia pun bersedia kisah
hidupnya dishare dengan catatan tidak mencantumkan nama aslinya.
Dengan mata berkaca-kaca akhirnya jatuh
butiran bening dari kedua matanya, ia pun bercerita....
"Dulu, 10 tahun yang lalu namasaya
adalah Aleng (anak sl*nk) karena saya dulu sangat fanatik dengan grup band
tersebut. Nama yang saya banggakan saat nongkrong dengan teman-teman sekolah
ketika di STM jakarta. Bersama anak punk saya bergaul, menikmati kebebasan
menurut persepsi saya sendiri. pakaian hitam dengan robek sana sini dengan
tambalan yang menjadi seni indah di mata saya. saya kenal dan akhirnya
kecemplung ke dunia punk sejak saya kelas 1 SMK di sebuah STM Negeri di kawasan
Jakarta Selatan.Namanya juga anak punk, merindukan kebebasan, maka aturan
menjadi sangat menjeruji jiwa saya. Sekolah yang penuh dengan aturan sangat
membuat saya tidak nyaman dan bermalas-malasan dengan sekolah. Yang saya tahu,
ketika sekolah dulu gimana caranya untuk selamat tidak terbunuh. Karena hampir
setiap harinya saya tauran Dalam dunia itu, banyak hal sudah saya
lakukan. Minum minuman keras mungkin pernah melintas di tenggorokan saya, serta
ganti ganti pacar adalah hal yang mengasyikan buat sayadan gaya hidup musik.
Satu-satunya organisasi sekolah yang
paling saya bencisaat itu adalah Rohis. Organisasi Rohis itu bagi
saya adalah musuh. Para aktivis rohis adalah orang-orang
bodoh yang tak mau menikmati hidup. Mereka yang sering menghabiskan waktu di
mushollah, tilawah qur’an, kajian pekanan/mentoring, kajian bulanan adalah orang
– orang aneh di mata saya. Apalagi para wanita dengan jilbab lebarnya, saya
benar-benar tidak suka dengan gaya dan penampilan mereka. Walaupun jujur saya
katakan anak-anak rohis adalah anak-anak yang berprestasi di sekolah, terjaga
tutur katanya. Tapi saya benar-benar tidak suka, mereka dan saya ibarat minyak
dan air tak mungkin dapat disatukan.
Di suatu malam yang cukup larut, entah
kenapa saya terpikir tentang perjuangan ibu dan ayah saya. Di malam itu saya
mendekati ibu saya yang sedang menjahit baju tetangga saya. Ibu saya hanya
seorang penjahit dan ayah saya seorang penjaga gedung perusahaan. Malam itu
saya tersentuh perjuangan Ibu yang terus bekerja hingga larut demi menyokong
ekonomi keluarga, demi sekolah saya dan adik saya, demi makan kami di pagi,
siang dan petang. Saya juga menatap iba pada ayah saya yang kelelahan tertidur
pulas di atas tikar yang sudah usang. Tak terasa saya menitikkan air mata.
Mungkin air mata itulah yang secara perlahan namun pasti mulai menghapus segala
noda hitam di hati saya. Sejak saat itu saya mulai banyak berfikir tentang
hidup saya. Saya mulai menyadari kekeliruan saya selama ini, perlahan tapi
pasti saya mulai bermetamorfosa menjadi pribadi yang baru.
Sebulan setelah peristiwa dramatis itu,
kelulusan sekolah pun diumumkan. Bukan hanya kelulusan sekolah, namun juga
kelulusan masuk kerja di perusahaan mitra sekolah. Mengejutkan! Saya siswa
bandel ternyata diterima bekerja di sebuah perusahaan. Lebih mengejutkan, satu
angatan yang diterima bekerja hanya dua orang. Salah satunya adalah saya.
Padahal peringkat saya urutan ke 20 dari sekitar 70 siswa saat itu. Allah
hendak membuka jalan untuk saya. Saya bersyukur diantara teman-teman yang
prestasinya bagus, dan saya yang justru berantakan malah Allah berikan
kesempatan lebih dahulu untuk bekerja di perusahaan. Allah semakin
membuka jalan kemudahan untuk saya. Saya semakin terpacu untuk menjadi pribadi
baru yang lebih baik lagi.
Saya mulai haus dengan sentuhan ruhani.
Kerinduan spiritual dan ketenangan jiwa yang hakiki membuat saya mampir di
beberapa harokah Islam. Saya pernah ikut Jama’ah tabligh dan sempat khuruj atau
keluar rumah dalam rangka dakwah selama tiga hari. Memakai gamis panjang,
memakai wangi-wangian merupakan hal baru dalam hidup. Dulu semasa menjadi anak
punk, pakaian serba ketat dan robek serta penuh tambalan, bersama JT saya
merubah penampilan saya total 180 derajat.
Saat masih bersama JT, saya pun dalam
bimbingan gerakan dakwah Tarbiyah. bahkan saya pernah mengikuti acara syiah.
Karena waktu itu, dimana ada tabligh akbar saya selalu menghadirinya. Dimana ada poster
tabligh akbar bertuliskan nama Rasulullah SAW saya sangat tertarik untuk
menghadirinya.
delapan tahun sudah saya bersama
tarbiyah. bersama berjuang dikafilah dakwah, melalui perjuangan metamorfosis
diri dari seorang anak punk menjadi aktivis dakwah. Kebahagiaan bersama dakwah
jauh melampaui kebahagiaan bersama komunitas anak punk dahulu. Kebencian saya
terhadap Rohis menjadi cinta yang siap membela membusungkan dada saat rohis
difitnah. Terima kasih tak terbendung untuk Allah yang telah membuka jalan
hidup penuh makna bersama dakwah, terima kasih untuk para Murobbi
yang telah ikhlas dan penuh kesabaran membimbing saya menjadi manusia yang tak
mau lagi menelantarkan hidup dengan sia-sia. Selamat tinggal rock n roll,
underground and punk, selamat datang dunia dakwah penuh cinta dan ukhuwah.
Semua tinggal kenangan, mungkin
lembaran kertas telah terbakar. Saya takut apakah kejahiliyahan saya akan
berdampak pada masa depan saya ketika saya sudah berkeluarga. Apakah istri dan
anak-anak saya kelak merupakan cermin dari kejahiliyahan saya ketika itu.
Allahu’alam...sembah harap selalu terucap pada sholat-sholat saya saat
ini..agar Allah mengampuni dosa-dosa saya di masa lalu, dan menghadiahkan
seorang istri dan anak-anak jauh dari kejahiliyahan yang seperti saya lakukan dulu."
Begitulah farhan (bukan nama
sebenarnya) menuturkan kisah hidupnya. Saya yang mendengarnya salut dan bangga
dengan perjuangan mencari jati dirinya. Saya menahan air mata yang hampir
tumpah dari kedua mata saya.
Semoga kisah ini bermanfaat dan menjadi
inspirasi untuk kita semua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar